Thursday, August 26, 2010

Ada Apa di Bulan Ramadhan?

Keunikan Seputar Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan suci dan bulan penuh berkah bagi umat islam, dimana pada bulan ini terjadinya beberapa peristiwa penting dalam agama islam. Diantaranya terdapat malam Lailatul Qodar, yaitu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Dan juga pada bulan ini terdapat peristiwa Nuzulul Qur’an sejarah pertama kali diturunkan Al’quran. Di indonesia, ada beberapa keunikan yang terjadi di bulan ini.


Berikut keunikan tersebut:

1. Sebelum masuk bulan Ramadhan banyak tradisi unik untuk menyambut Bulan ini.

Indonesia adalah negara dengan umat Islam terbanyak di dunia, juga memiliki beragam adat dan kebudayaan. Maka untuk menyambut bulan Ramadhan juga terdapat berbagai ragam tradisi. Diantaranya Padusan, Mandi Suci, Mandi Kramas dan ritual-ritual lainnya.

2. Masjid penuh sesak di 10 hari pertama Bulan Ramadhan dan Malam Ganjil terakhir (malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29).

Ini adalah pemandangan yang sangat mudah kita temukan di masjid manapun di Indonesia. Sepuluh hari awal ramadan mesjid-mesjid penuh dengan para jemaah yang ingin melaksanakan shalat trawih. Dan uniknya, hal ini hampir terjadi di seluruh masjid di Indonesia. Pertengahan bulan nampak pengunjung mesjid makin berkurang Dan di akhir bulan Ramadhan (terutama 1 minggu terakhir)khususnya tanggal-tanggal ganjil mesjid dipenuhi lagi dengan jamaah walau kapasitasnya tidak seperti malam awal bulan Ramadhan.

3. Tayangan Televisi dengan Nuansa Islami.

Saksikan saja setiap sahur atau menjelang berbuka puasa, banyak acara televisi mulai dari kuis, Iklan, Musik, sampai sinetron dengan nuansa Islami. Mungkin, stasiun televisi mendapat banyak rizki dari program-program tersebut. Tetapi, sepertinya esensinya untuk masyarakat sangat kurang dirasakan.

4. Pasar Kaget Dimana-mana.

Kalau yang satu ini, ada sisi positif yang bisa kita ambil. Selain bisa memenuhi selera kita untuk makan sahur atau berbuka puasa, pasar kaget juga bisa membuat perputaran perekonomian masyarakat menjadi lebih bergairah. Tetapi, kemacetan juga disebabkan oleh pasar kaget lho. Biasanya para pedagang menjajakan makanan kecil dan jajanan pasar.

5. Buku Kegiatan Bulan Ramadhan.

Untuk adik-adik yang masih SMP dan SD, pasti ada buku tugas kegiatan bulan Ramadhan dari Guru Pelajaran Agama Islam. Bagus sih, untuk merangsang adik-adik datang ke Masjid dan beribadah.
Tetapi, niat dateng ke Masjid jangan karena buku ini ya. (Jadi teringat waktu SD.. Hehe, dan biasanya gara-gara buku ini, banyak ustadz yang jadi selebritis. Tanda tangannya dimintain terus.. hehehe)

6. Banyak Penyanyi yang Menciptakan Lagu Religi.

Pada awal atau beberapa minggu sebelum ramadan banyak artis-artis dan grup band tanah air yang mendadak menjadi kreatif dengan menciptakan lagu-lagu bertemakan religi (Islam). Baik pendatang baru ataupun artis lama saling berlomba memikat simpati para pemirsa TV dengan suguhan musik religi.

7. Petasan dan Kembang Api yang menjamur.

Sudah menjadi pemandangan umum, setiap Ramadhan banyak anak-anak yang bermain kembang api dan petasan. Bermain petasan jelas mengganggu warga setempat. DOR! Wah, bisa-bisa tangan berantakan akibat kena ledakan!! Tetapi hati-hati, Ramadan kali ini jangan sembarangan main petasan, nanti bisa membuat warga berdatangan karena mengira Elpiji meledak.

8. Asmara Subuh.

Saya belum pernah melihat yang satu ini, tetapi banyak orang yang menceritakan kisah asmara Subuh ini. Konon katanya, setiap Subuh di bulan Ramadhan, di beberapa titik di berbagai kota, kita bisa menemui muda-mudi yang berkumpul selepas sholat Subuh di masjid (tidak tahu apakah mereka benar-benar sholat) yang pasti sebelum shalat toleh kanan kiri dan mengincar lawan jenis. Alasannya mau olahraga atau lari pagi.. Tapi banyak juga yang memanfaatkan
moment ini untuk pacaran atau mencari pasangan. hohohoho..

Nah itu adalah beberapa keunikan seputar Ramadhan di tanah air.

Nah, selanjutnya kita akan melihat gaya hidup ramadhan di Amerika...

Gaya Hidup Ramadhan di Amerika


Seperti halnya jutaan warga Muslim lain di dunia, umat Muslim di Amerika juga melangsungkan aktivitas keagamaan dan sosial di bulan suci. Simak berbagai cerita unik warga Amerika dan juga warga Indonesia di Amerika menjalankan ibadah sebagai kelompok agama minoritas di Amerika.

Mulai dari berbagai kegiatan yang juta lazim seperti di tanah air, seperti buka bersama, tarawihan dan mengaji, hingga aktivitas memperkenalkan makna puasa dan Islam, seperti Fast-a-thon, dan kegiatan-kegiatan untuk lintasagama untuk meningkatkan toleransi antarumat beragama.

1. Hidangan Buka Puasa bagi Muslim di Amerika


Keluarga Muslim di AS biasa menyediakan hidangan buka puasa dari berbagai negara seperti pizza, mie, sampai daging sapi panggang ala Yahudi.

Hidangan berbuka dalam bulan Ramadhan biasanya berbeda dari menu makan malam pada hari-hari biasa. Di Maroko orang biasa menyantap harira, sup tomat kambing. Orang Iran menyajikan nasi yang menyerupai batu rubi dan jamrud karena dimasak dengan biji delima dan rempah daun dill. Kolak pisang atau bubur biji salak umum dinikmati keluarga Indonesia sebelum hidangan utama disajikan.

Tetapi, di Amerika milkshake, pizza, roti isi daging dan sayur dan berbagai makanan barat siap saji lainnya biasa dihidangkan di meja makan banyak keluarga Muslim menggantikan kurma, nasik lemak dan kebab ayam. Utami Hussin di Washington, yang berkarir sebagai wartawan mengatakan, “Jadwal kerja saya sangat padat. Sebagai orang tua tunggal dengan dua anak remaja saya tidak punya banyak waktu di dapur. Untuk berbuka bersama anak-anak, saya memilih cara praktis dengan membeli makanan jadi atau makan bersama di luar,” kata Utami.

Dengan banyaknya warga Muslim dari berbagai negara dan budaya di Amerika, beragam jenis makanan dihidangkan dalam setiap potluck Ramadhan. Jadi selain ada gulai kambing dan rendang, juga ada mi goreng ala Kanton, salad kentang, dan bahkan apple pie dan roti Perancis.

Salma Azhmawi, yang meskipun berasal dari Mesir, menyiapkan hidangan Yahudi untuk berbuka. Katanya, “Kami pernah diundang ke sinagoga untuk perayaan Yom Kippur. Di sana mereka menyajikan daging sapi panggang Yahudi dan kami menyukainya. Saya kemudian berusaha untuk bisa memasaknya.”

Jadi dalam bulan Ramadhan di Amerika, kita mungkin bisa keliling dunia melalui beragam hidangan. Namun yang terpenting, di tengah kesibukan, keragaman bangsa dan budaya, serta teriknya udara musim panas Amerika, cicip mencicip makanan dari berbagai negara selama Ramadhan dapat dilihat sebagai cara untuk merayakan persatuan dalam Islam.

2. Ramadhan Bulan Reuni dengan Keluarga Besar

Berbuka puasa beramai-ramai dengan sanak saudara dan mengajarkan para Muslim cilik berpuasa menjadi tradisi dua keluarga imigran Muslim.

Bagi Laila Hassan yang berasal dari Somalia, bulan Ramadhan merupakan saat yang dinanti-nantikan. Saat inilah ia dapat bertemu dengan seluruh sanak saudaranya selama sebulan penuh. Tradisi di Somalia adalah seluruh keluarga besar berbuka puasa pada satu tempat. Kata Laila, “Kami mengatur buka puasa selama lima atau enam hari di rumah ibu, kemudian bergantian dilakukan di rumah paman, setelah itu di rumah bibi.”

Laila menjelaskan, pada dasarnya mereka melakukan semuanya bersama-sama, termasuk melakukan sholat bersama-sama seluruh keluarga. Ramadhan benar-benar waktu untuk bertemu bersama seluruh keluarga besar.

Laila tinggal dan bekerja di Amerika. Karena tidak mungkin untuk melakukan tradisi berbuka puasa seperti di Somalia, sebagai gantinya , Laila berkumpul dengan sanak saudaranya untuk berbelanja bersama-sama ke supermarket.

Laila juga mengajarka anak lelakinya yang berumur 12 tahun untuk melakukan puasa. Secara lembut dan halus, ia menjelaskan makna berpuasa bagi sang anak beberapa hari menjelang puasa. Aktivitas anaknya juga dikurangi agar tetap mempunyai tenaga dan tidak merasa pusing saat puasa, karena saat ini sedang musim panas di Amerika. Laila juga menyiapkan menu kesukaan anak, agar ia mempunyai sesuatu yang ditunggu-tunggu saat buka puasa.

Seperti Laila, Syed juga menyiapkan anak perempuannya yang berumur 12 tahun untuk berpuasa. Ia juga mengajak anak perempuannya ke masjid pada malam hari yang selesai sekitar pukul 10:30 malam.

Pada hari terakhir Ramadhan, Laila dari Somalia dan Syed yang berasal dari Pakistan, mempunyai tradisi sama, yaitu membersihkan dan mendekorasi rumahnya, menyiapkan penganan manis dan membelikan baju baru bagi anaknya.

3. Tantangan Mengajarkan Puasa kepada Anak-Anak di AS

Berbagai cara dilakukan sejumlah orang tua untuk mengajarkan tentang puasa Ramadhan ketika tinggal di Amerika.

Memperkenalkan puasa Ramadhan pada anak-anak dibutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Mengajak anak berpuasa tidak selalu mudah. Apalagi untuk keluarga yang tinggal di negara yang mayoritas orang di sekitarnya tidak berpuasa bahkan tidak mengenal puasa, seperti di Amerika.

Dalam ceramahnya menjelang bulan puasa di aula kedutaan besar Indonesia di Washington, imam masjid Al Hikmah New York Shamsi Ali berpesan kepada orangtua agar sabar dalam mengajak anak berpuasa. Ustadz dengan lima anak yang masih kecil-kecil ini mengingatkan, perlu waktu untuk meyakinkan anak-anak mengenal makna puasa.

Mohammad Joban, imam masjid An Nur di Seattle dan imam komisi fatwa di negara bagian Washington, menyampaikan hal serupa. Bapak tiga anak ini tertantang mengajak anak-anaknya berpuasa.

Sabar, menurut Shamsi Ali maupun Mohammad Joban, merupakan kunci bagi orangtua untuk terus menyampaikan ajaran Islam, termasuk puasa Ramadhan. Sambil menjelaskan tentang puasa, keduanya mengatakan setiap pagi mereka tanpa emosi membangunkan anak-anak untuk sahur. Anak-anak mereka, walau masih kecil, tidak kesulitan berpuasa.

Bagi Siti Mardiana, yang biasa dipanggil Mamiek, ibu tiga anak, yang tinggal di Jonesboro, negara bagian Arkansas, berpendapat bahwa sabar saja tidak cukup. Bujukan agar anaknya berpuasa perlu disertai kerelaan memberi uang. Anak pertamanya, Jasmine, meminta lima dolar per hari.

Tapi, uang tidak menarik minat dua anaknya yang lain. Bujukan lain juga tidak mempan. Tetap saja mereka hanya berpuasa setengah hari. Setelah itu merengek minta makan. Bagaimana resep Mamiek agar anak-anaknya tetap berpuasa?

“Saya alihkan saja (perhatian mereka), saya beri kegiatan. Mulai yang sederhana, seperti ayo deh nonton TV aja, atau misalnya saya minta ngerjain craft. Karena saya ingat waktu kecil kalau ingin menghabiskan waktu dengan bikin craft, atau baca buku agar bisa membuat mereka lupa. Nah kalau sudah lemes-lemesnya (menahan lapar) karena sudah dekat buka, saya suruh mereka tidur. Alhamdulillah sejauh ini menolong.” demikian menurut Mamiek.

Membangunkan sahur juga perjuangan berat bagi Mamiek. Ia sampai harus membawakan makanan ke tempat tidur agar anaknya mau makan.

"(Tantangannya) bagaimana mensugesti anak merasakan nikmatnya lapar. Lapar itu nikmat lho, itu yang bagi mereka aneh. Tapi lama-lama mereka jadi curious untuk mencoba gitu."

Keluarga Indonesia lainnya yang hidup di AS, ada juga yang tidak kesulitan mengajak anak-anaknya untuk berpuasa. Seperti halnya Ibu Sri Mulyani yang tinggal di San Diego, negara bagian Kalifornia. Ibu dengan empat anak ini tidak kesulitan mengajarkan puasa, karena anak-anaknya ia masukkan pada sekolah Islam, sehingga mereka sudah mengenal puasa (sejak kecil).

4. Puasa di Alaska, Kejanggalan Alam Jadi Tantangan

Muslim di Alaska melakukan sholat tarawih pada saat matahari masih bersinar terang, karena jarak antara matahari terbit dan terbenam sangat panjang pada musim panas.

Dua Muslimah Indonesia, Amalia dan Mila, yang menetap di Anchorage, Alaska menuturkan tantangan berpuasa di kawasan kutub itu, yakni kejanggalan alam sewaktu bertarawih dan bagaimana mendidik anak untuk menjalankan puasa di tengah lingkungan masyarakat yang mayoritas non-Muslim.

Amalia baru saja pindah dari Las Vegas ke Anchorage, Alaska dan puasa tahun ini merupakan yang kedua bagi dia dan keluarga. Dia mengatakan, berpuasa di Las Vegas dan di Alaska memiliki tantangan tersendiri. Berpuasa di Las Vegas berlangsung di tengah lingkungan hiruk-pikuk bisnis dan suhu udaranya yang panas. Kelebihannya, jumlah warga Muslim Indonesia di kota yang juga dikenal sebagai “Kota Dosa” ini, cukup besar.


“Kalau bedanya, kembali lagi kita sebagai orang Indonesia. Di Las Vegas itu banyak orang Indonesianya. Kelompok pengajian di Las Vegas itu luar biasa banyak. Kita tetap menjaga suasana Ramadhan.”

Beberapa kegiatan Ramadhan yang dilakukan di Las Vegas antara lain kajian Ramadhan dan tarawih bersama. Karena kegiatan ini dilakukan oleh sesama orang Indonesia maka sangat terasa suasana kekeluargaannya.

Sedangkan kalau di Alaska, kata Amalia, ”Kalau di sini tak terlalu banyak. Kebetulan Muslimnya jauh lebih sedikit dibanding non-Muslim. Tetapi dari segi alam, saya lebih buka di Alaska karena kesejukan udaranya dan suasananya mendukung. “

Amalia menuturkan bertarawih di Alaska sangat janggal karena berlangsung di siang bolong. Pada musim panas, siang hari lebih panjang dari pada malam hari.

“Benar aneh karena masih terang-terang kita udah bersholat Isa. Bagaimana karena faktanya memang begitu, tetapi nggak kuat juga walaupun sejuk ya, tetapi karena terlalu lama karena lebih dari 14 jam kalau mengikuti matahari yang sesungguhnya,“ ungkap Amalia.

Mila menuturkan pengalaman lain. Ia mengasuh bayinya yang baru lahir dan pada saat yang sama mendidik anaknya yang berusia lima tahun untuk berpuasa.

“Memang sih susah di sini. Tetapi saya enjoy tiap tahun bersama anak saya yang pertama. Selalu saya bilang, kalau kamu puasa kamu dapat hadiah. Saya juga ada anak bayi gitu, dia juga ikut bangun, tetapi saya nggak merasa gimana gitu. Saya nggak merasa capek atau malas untuk bangun nggak gitu,” kata Mila.

Amalia dan Mila mengatakan, warga Muslim Indonesia di Alaska sudah diberitahu oleh sebuah lembaga Islam di Amerika agar mereka mengikuti jadwal puasa yang ditetapkan Mekah.

5. Ruang Sholat Bandara Ramai Pengunjung Saat Ramadhan

Sejumlah bandara di Amerika menyediakan ruang untuk sholat. Di bulan Ramadhan ini, lebih banyak orang yang mengunjungi tempat-tempat ini. Pengunjung melakukan sholat Jumat, mengaji, dan bahkan sholat tarawih di ruang sholat bandara.

Sejumlah bandara besar di Amerika telah menyediakan ruang sholat untuk umat Islam. Kebanyakan ruang tersebut disatukan dalam tempat ibadah umat berbagai agama, biasa disebut sebagai interfaith chapel.

Di Bandara Internasional Dulles di Washington, ruang tersebut terletak di bagian dalam terminal keberangkatan. Tempat sholat kaum Muslim yang beralaskan karpet dan menempati sisi kiri ruangan itu dilengkapi dengan sajadah, tasbih, kitab suci Al-Quran, serta buku-buku doa.

Ralph Benson, rohaniwan senior di bandara Dulles, Washington DC, mengatakan perlengkapan ibadah tersebut merupakan sumbangan dari komunitasi Muslim. “Beberapa (juga) dari masjid dan dari Saudi Airlines. CAIR (Council on American-Islamic Relations) juga menyumbang kitab suci Al-Quran,” tambah Benson

Interfaith chapel ini, menurut Benson, sudah tersedia di sana sejak tahun 1996. Pemrakarsanya adalah sekelompok pengusaha dari berbagai agama yang memandang pentingnya keberadaan tempat ibadah sewaktu pengunjung bepergian melalui bandara itu. Menurutnya, keberadaan ruang tersebut menunjukkan pula adanya kebebasan menjalankan ibadah agama yang didukung Konstitusi Amerika.

Sementara itu, di Bandara Nasional Ronald Reagan, Washington DC, juga tersedia tempat ibadah serupa. Lokasinya di area umum, sebelum para penumpang memasuki gerbang-gerbang keberangkatan mereka. Selain para calon penumpang, banyak karyawan bandara yang memanfaatkan tempat tersebut.

Harta Purnama, manajer di sebuah restoran di bandara ini mengatakan mereka yang ingin sholat biasanya harus bergantian. “Karena chapel-nya tidak terlalu besar, hanya untuk 10-15 orang,” ujar Purnama.

Di Bandara John F. Kennedy di Kota New York, satu dari empat ruang ibadah bahkan dikhususkan bagi umat Islam. Mohammad Eko Soekarno, seorang warga Indonesia anggota militer Amerika, sudah beberapa kali mengunjungi tempat ini. Ia mengatakan, ruang sholat di JFK bahkan memisahkan kaum lelaki dan perempuan.

Bagaimana umat Muslim memanfaatkan tempat-tempat sholat di bandara selama Ramadan?

Menurut Kashif Bhatti, pegawai Otorita Bandara Metropolitan Washington, yang biasa menjadi imam sholat Jumat di ruang ibadah antar agama di bandara internasional Dulles, ”Pada hari-hari biasa, ada sekitar 30-40 orang sholat Jumat, tetapi pada bulan Ramadan, jumlahnya meningkat, ada sekitar 50-60 orang. “

Para karyawan bandara maupun calon penumpang singgah di interfaith chapel itu tidak hanya untuk sholat Jumat, tetapi juga untuk mengaji. Bhatti mengatakan ada pula pengunjung yang memanfaatkannya untuk sholat tarawih, meskipun tidak berjamaah.

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapatmu?

Welcome

Followers

Statistik

................................................................................